Sabtu, 08 Februari 2014



ALAT
MUSIK  TRADISIONAL
NUSANTARA






Disusun oleh :   Buya Fandi Ahnan                        (06)
Fabella Dwi Budiartiningsih       (11)
Septi  Nurdihayati                        (33)
Widya Putra Pamungkas            (38)


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kliping Seni Budaya yang berjudul “Alat Musik Tradisional Nusantara”.
            Kami menyadari kliping ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi penyusunan yang lebih sempurna.
            Semoga kliping ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan bagi para pembaca.




Penyusun,


DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
Macam – macam alat musik :

1.      Didong
2.      Gondang
3.      Talempong
4.      Tanjidor
5.      Angklung
6.      Gamelan
7.      Sapek
8.      Panting
9.      Gandang
10.  Tingkilan
11.  Sasando
12.  Gendang beleq
13.  Gendang bulo
14.  Kolintang
15.  Tifa
16.  Bedug
17.  Calung
18.  Gendang Karo
19.  Gendrum
20.  Kecapi
21.  Ketipung
22.  Pareret pangasih – asih
23.  Rebab
24.  Rebana
25.  Saluang
26.  Slenthem
27.  Tambo
28.  Triton
29.  Arumba
30.  Suling
31.  Tarompet
32.  Fu
33.  Gong




DIDONG
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang dikenal dengan nama Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Ada yang berpendapat bahwa kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.
Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.
 
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4--5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.




GONDANG
Gondang adalah musik tradisional dari Sumatera Utara yang disajikan dalam bentuk ensembel gendang. Alat – alat musik yang digunakan dalam musik tradisional gondang antara lain : gendang (sebanyak 5 – 9 buah dengan ukran yang berbeda – beda), Gong, Serunai, dan Simbal. Dapat juga ditambah dngan Gitar. Musik Gondang digunakan pada acara seperti pernikahan, ulang tahun, pertemuan dalam satu marga, dan acara – acara lain. Musik Gondang dari Sumatera Utara pernah mewakili Indonesia untuk mengikuti prtunjukan musik tradisional di Edinbrugh Festival Schotlandia.

    

TALEMPONG
Talempong adalah sebuah alat musik pukul tradisional khas suku Minangkabau. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Talempong dapat terbuat dari kuningan, namun ada pula yang terbuat dari kayu dan batu. Saat ini talempong dari jenis kuningan lebih banyak digunakan.
Talempong berbentuk lingkaran dengan diameter 15 sampai 17,5 sentimeter, pada bagian bawahnya berlubang sedangkan pada bagian atasnya terdapat bundaran yang menonjol berdiameter lima sentimeter sebagai tempat untuk dipukul. Talempong memiliki nada yang berbeda-beda. Bunyinya dihasilkan dari sepasang kayu yang dipukulkan pada permukaannya.
Talempong biasanya digunakan untuk mengiringi tarian pertunjukan atau penyambutan, seperti Tari Piring yang khas, Tari Pasambahan, dan Tari Gelombang. Talempong juga digunakan untuk melantunkan musik menyambut tamu istimewa. Talempong ini memainkanya butuh kejelian dimulai dengan tangga nada do dan diakhiri dengan si.[rujukan?] Talempong diiringi oleh akord yang cara memainkanya serupa dengan memainkan piano.
     


TANJIDOR
Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup.[1] Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

 
Kata Tanjidor berasal dari nama kelompok sisa-sisa musik Tangsi (asrama militer Jepang) yang dimainkan masyarakat Betawi yang bekerja bukan sebagai pemain musik, melainkan bermain musik untuk kepuasan batin dan kesenangan saja serta kegemaran masyarakat.
Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah.


ANGKLUNG
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Angklung menurut mitologi Bali berasal dari kata  "Angk" adalah angka  (=  nada ) dan Lung artinya patah/ hilang . Angklung dapat juga dikatakan nada / laras yang tidak lengkap  sesuai dengan istilah Cumang Kirang ( Bahasa Bali ) yang artinya nada kurang / surupan 4 nada .
    Terciptanya alat musik angklung yang terbuat dari bambu berasal dari pandangan kehidupan masyarakat Sunda yang agraris dengan kehidupan yang bersumber pada makanan pokok berupa padi ( pare ) ini dilahirkan dari mitos pada Nyi Sri  Pohaci sebagai Dewi Sri pemberi kehidupan ( hirup hurip )  perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengelola Pertanian (tetaten) terutama pertanian sawah dan ladang ( huma ) telah melahirkan syair lagu sebagai penghormatan dan persembahan kepada Nyi Sri Pohaci dan sebagai tolak bala agar bercocok tanam mereka tidak mendatangkan malapetaka .
    Dalam perkembangannya lagu-lagu tersebut di iringi dengan bunyi tetabuhan yang terbuat dari batang-batang bambu yang dibuat sederhana  yang kemudian kita kenal dengan nama angklung dan calung
    Dibeberapa Kecamatan Kab Bandung seperti Kecamatan Soreang dan Kecamatan Pangalengan jenis kesenian ini dipergunakan untuk arak-arakan upacara adat Nyungkruk Hulu Wotan  ( menyelusuri hulu sungai ) dimana masyarakat membawa angklung dan dog-dog pergi ke hulu sungai membawa makanan seperti nasi tumpeng, lauk pauk serta membawa sesajen untuk upacara tersebut . Setelah sampai ke hulu sungai diadakan upacara lengkap dengan sesajen dan dupa dan berdoa kepada nenek moyangnya sambil menyembelih kambing hitam sebagai tumbal dan kepala kambing dikubur bersama sesajen dengan dipimpin oleh sesepuh kampung setelah makan bersama maka pulang sambil membunyikan angklung.
 
Angklung yang ada di Kabupaten Bandung terdiri dari 9 yaitu
  1. Singgul
  2. Jongjorang
  3. Ambrug
  4. Ambrug Penerus
  5. Pancer
  6. Pancer Penerus
  7. Engklong
  8. Roel
Jenis Angklung yang ada di Jawa Barat  adalah sebagai berikut
  1. Angklung Baduy
  2. Angklung Dogdog Lojor
  3. Angklung Gubrag
  4. Angklung Badeng
  5. Angklung Buncis
  6. Angklung Bungko
  7. Angklung Soetigna


GAMELAN
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
   
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.
Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
 
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari
     
SAMPEK
Sapek (sampek, sampiq) adalah alat musik dawai semacam "gitar," pada masyarakat Dayak di Kalimantan. Tubuhnya panjang, tipis, dan lehernya pendek. Frets (batas nada, disebut lasar) yang berjumlah sekitar 15 itu bisa dipindah-pindah, karena ditempelkan dengan perekat kental yang tak pernah kering (terbuat dari madu lebah). Dengan memindahkan lasar-lasar itulah laras atau "susunan-nada" sapek berganti-ganti.
 
Alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu. Namun, yang paling sering dijadikan bahan adalah kayu arrow, kayu kapur, dan kayu ulin dan dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.


PANTING
Musik Panting adalah musik tradisional dari suku Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut musik Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan Panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik Panting.
Alat-alat musik Panting terdiri dari :
  • Panting, alat musik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi lebih kecil dan memiliki senar. Panting dimainkan dengan cara dipetik.
  • Babun, alat musik yang terbuat dari kayu berbentuk bulat, ditengahnya terdapat lubang, dan di sisi kanan dan kirinya dilapisi dengan kulit yang berasal dari kulit kambing. Babun dimainkan dengan cara dipukul.
  • Gong, biasanya terbuat dari aluminium berbentuk bulat dan ditengahnya terdapat benjolan berbentuk bulat. Gong dimainkan dengan cara dipukul.
  • Biola, sejenis alat gesek.
  • Suling bambu, dimainkan dengan cara ditiup.
  • Ketipak, bentuknya mirip tarbang tetapi ukurannya lebih kecil, dan kedua sisinya dilapisi dengan kulit.
  • Tamburin, alat musik pukul yang terbuat dari logam tipis dan biasanya masyarakat Banjar menyebut tamburin dengan nama guguncai.
Musik Panting mempunyai fungsi sebagai :
  • Sebagai hiburan, karena musiknya dan syair-syairnya yang kadang-kadang jenaka dan dapat menghibur orang banyak. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan pada acara perkawinan.
  • Sebagai sarana pendidikan, karena di dalam musik Panting syainya berisi tentang nasihat-nasihat dan petuah.
  • Sebagai musik yang memiliki nilai-nilai agama, karena musik-musiknya mengandung unsur-unsur agama.
  • Untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama warga masyarakat.
  • Sebagai kesenian musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.

                                   


GANDANG
Gandang adalah alat musik dari Suku Dayak Kalimantan Tengah. Alat musik ini digunakan sebagai salah satu alat musik untuk mengiringi sebuah tarian dayak atau lagu yang dinyanyikan. Di kalangan masyarakat Suku Dayak Kalimantan khususnya Suku Dayak Kalimantan Tengah dikenal berbagai jenis gandang, antara lain : Gandang Tatau, Gandang Manca yang terdiri dari Gandang Panggulung dan Gandang Paningkah serta jenis Gandang Bontang. Ketiga jenis Gandang tersebut memiliki ukuran yang berbeda dan ukuran yang berbeda pula.
TINGKILAN
Tingkilan adalah seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola. Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen.
        


SASANDO
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando menurut asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Konon sasando digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ke-7. Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
                         


GENDANG BELEQ
Gendang Beleq adalah adalah salah satu alat musik tradisional suku sasak di lombok. Gendang beleq sendiri artinya Gendang Besar karna ukurannya memeang besar melebihi ukuran normalnya.  Gendang Beleq diciptakan untuk mengiri dan menghibur para prajurit menuju medan perang dan menyabut kedatangan dari medan perang akan tetapi dengan perkembangan zaman gendang beleq digunakan untuk menyambut kedatangan tamu.
Gendang Beleq sendiri pada dasarnya merupakan alat musik akan tetapi lebih dari itu penyajian gendang beleq merupakan seni tari yang memeliki keunikan  dan ke khas an tertentu sebagai sebuat tarian.
Gendang Beleq terdiri dari 2 orang penabug gendang, 4 atau 6 orang penari oceh/oncer ( disebut demikian karena para penari sambil menari memegang alat musik copeh yang sewaktu-waktu di mainkan mengikuti irama musik ) dan 1 orang penari petuk ( membawa alat musik petuk yang dimainkan mengikuti irama musik), Selain itu masih banyak juga alat musik yang digunakan dalam penyajian gendang beleq ini seperti suling, gong, terumpang, kenceng, oncer, pencek.

Penyajian Gendang Beleq ini memiliki bagian-bagian seperti :
1.      bagian pertama ditarikan bersama oleh penari oncer, gendang dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran keberangkatan para prajurit ke medan perang.
2.      Bagian kedua  ditarikan oleh penari petuk dengan gerak-gerak yang lucu. Bagian ini merupakan tari untuk menghibur
3.      Bagian ketiga ditarikan bersama penari oncer, gendang, dan petuk. Bagian ini merupakan gambaran setelah peperangan selesai.


GENDANG BULO
Gendang Bulo berasal dari Makassar. Nama tersebut berasal dari gendang tanpa kulit ( membran) yang cara memainkannya dipukul – pukulkan pada suatu benda. Musik tradisional Gendang Bulo juga identik dengan tari Gandrang Bulo. Instrumen yang melengkapi musik tersebut adalah sebagai berikut :
·         Alat musik tiup antara lain : Puwi – puwi ( Hobo ), Bassing Bugis ( Sulin Kmbang ), dan Basing – basing.
·         Genderang dan Terbang atau Rebana.
·         Keso yaitu sejenis rebab dengan dua dawai.
·         Kecapi.
·         Popandi atau Talindo yaitu alat musik petik dengan satu dawai.
     
KOLINTANG
Kolintang atau kulintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor.[6] Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang.[5] Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
 
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang mempunyai konstruksi fiber paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
TIFA
Tifa adalah alat musik yang berasal dari maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang cara dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. bentuknyapun biasanya dibuat dengan ukiran. tiap suku di maluku dan papuamemiliki tifa dengan ciri khas nya masing-masing.
    
Tifa biasanya dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi. rian ini biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti upacara-upacara adat maupun acara-acara penting lainnya.
   
BEDUG
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.
Seni ngadulag berasal dari daerah Jawa Barat. Pada dasarnya, bedug memiliki fungsi yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, tabuhan bedug di tiap-tiap daerah memiliki perbedaan dengan daerah lainnya, sehingga menjadikannya khas. Sehingga lahirlah sebuah istilah “Ngadulag” yang menunjuk pada sebuah keterampilan menabuh bedug. Kini keterampilan menabuh bedug telah menjadi bentuk seni yang mandiri yaitu seni Ngadulag (permainan bedug). Di daerah Bojonglopang, Sukabumi, seni ngadulag telah menjadi sebuah kompetisi untuk mendapatkan penabuh bedug terbaik. Kompetisi terbagi menjadi 2 kategori, yaitu keindahan dan ketahanan. Keindahan mengutamakan irama dan ritme tabuhan bedug, sedangkan ketahanan mengutamakan daya tahan menabuh atau seberapa lama kekuatan menabuh bedug. Kompetisi ini diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Dari permainan inilah seni menabuh bedug mengalami perkembangan. Dahulu, peralatan seni menabuh bedug hanya terdiri dari bedug, kohkol, dan terompet. Tapi kini peralatannya pun mengalami perkembangan. Selain yang telah disebutkan di atas, menabuh bedug kini juga dilengkapi dengan alat-alat musik seperti gitar, keyboard, dan simbal.

CALUNG
Merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat dan menjadi ciri khas budaya Sunda yang selama ini ada dan bertahan di sana, sering kali orang menganggap sama antara Calung dengan Angklung, pada dasarnya alat musik ini sama-sama terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan nada-nada harmonis, bedanya adalah pada cara memainkannya, kalau Angklung dimainkan dengan cara digetarkan atau  digoyang-goyangkan, sedangkan Calung dimainkan dengan cara dipukul, Calung terbuat dari bambu hitam yang memang khusus digunakan untuk membuat calung, karena suara yang dihasilkan akan lebih baik bila menggunakan jenis bambu ini.
  
Beberapa bentuk calung:

1. Calung Gambang
Yang disebut Calung Gambang adalah sebuah calung yang dideretkan diikat dengan tali
tanpa menggunakan ancak/standar. Cara memainkannya sebagai berikut: kedua ujung tali
diikatkan pada sebuah pohon/tiang sedangkan kedua tali pangkalnya diikatkan pada
pinggang si penabuh. Motif pukulan mirip memukul gambang.

2. Calung Gamelan
Calung Gamelan adalah jenis calung yang telah tergabung membentuk ansamble. Sebutan
lain dari calung ini adalah Salentrong (di Sumedang), alatnya terdiri dari:
1. Dua perangkat calung gambang masing-masing 16 batang
2. Jengglong calung terdiri dari 6 batang
3. Sebuah gong bamboo yang biasa disebut gong bumbung
4. Calung Ketuk dan Calung Kenong terdiri dari 6 batang
5. Kendang
Lagu-lagunya antara lain Cindung Cina (Cik indung menta Caina), Kembang Lepang, Ilo ilo
Gondang.

3. Calung Jingjing
Calung Jingjing adalah bentuk calung yang ditampilkan dengan dijingjing/dibawa dengan
tangan yang satu sedang tangan yang lainnya memegang pemukul. Sangat digemari
dibandingkan dengan bentuk calung-calung lainnya, alatnya terdiri dari:
1. Calung Melodi mempunyai sepuluh nada s.d. 12 nada
2. Calung pengiring/akompanyemen terdiri dari 10 nada
3. Calung Jengglong terdiri dari 5 nada
4. Calung besar sebanyak dua batang/nada berfungsi sebagai kempul dan gong

GENDANG KARO
Gendang karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon), gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua, yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul instrumen musik tersebut.
Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang telu sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari tiga instrumen musik yang dimainkan secara bersamaan, yang terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi, keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai pembawa ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa tempo.


GENDRUM
Gendrum adalah sebuah alat musik hibrida antara gendang dan drum yang dirancang oleh Siswo Harsono pada tahun 1992. Alat musik tersebut biasanya diaplikasi dalam kesenian Gambang Semarang dan dapat juga diaplikasikan dalam kesenian lain seperti jaipongan, campursari, ataupun dangdut. Gendrum terdiri dari sebuah kendang jaipong, sebuah kendang batangan, dua buah ketipung (panepak), dua buah ketibung (ketipung besar), sepasang bongo, cowbells, drum bass, dan seperangkat simbal yang terdiri atas sebuah ride, crash, splash, dan china.
     
Gendrum merupakan seperangkat perkusi yang dimainkan oleh seorang pemain gendrum (gendrumer), dan bukan oleh sekelompok pemain perkusi. Kombinasi perkusi yang terdapat dalam perangkat gendrum merupakan satu kesatuan harmoni yang sudah disetem sesuai keperluan. Teknik permainan yang diaplikasi oleh Siswo Harsono dinamakan "tepak campursari". Permainan tepak campursari ala Siswo Harsono memiliki keragaman tepak yang mengombinasikan permainan kendang jaipong, bongo, drum, dan simbal. Tepak campursari ini diaplikasi oleh Siswo Harsono dalam pengembangan seni Gambang Semarang yang dilakukan oleh Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang
KECAPI
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.

  


KETIPUNG
Gendhang ketipung atau biasa disebut dengan ketipung. Ketipung merupakan  gendhang yang paling kecil dan mempunyai nada swara paling tinggi dibandingkan dengan gendhang yang lain. Gendhang ini biasanya dimainkan bersama dengan gendhang yang lebih besar. Suara gendhang ketipung sama dengan suara gendhang umumnya dan masing – masing jenis suara itu keluar dari teknik/cara memainkan yang berbeda – beda.

      

PARERET PANGASIH – ASIH
Pereret adalah alat musik kuno sejenis trompet yang terbuat dari bahan kayu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi trompet. Pengasih - asih adalah guna - guna ( pelet ) sedangkan jodoh adalah pasangan yang layak sebagai suami atau istri.
Alat musik ini banyak dibuat di daerah Jembrana, Bali. Biasanya alat musik ini digunakan untuk mengiringi kesenian Sewo Gati. Cara menggunakan Pereret ini adalah dengan meniup alat tersebut sehingga keluar suara yang sangat merdu dan menawan hati.
       

REBAB
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.

      

REBANA
Rebana (Bahasa Jawa: Terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.
     
SALUANG
Saluang adalah alat musik tradisional khas Minangkabau, Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai[1]. Alat ini termasuk dari golongan alat musik suling, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau.
   
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas).
Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Sedangkan, ciri khas yang paling sedih bunyinya adalah Ratok Solok dari daerah Solok.
   
SLENTHEM
Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran lebar logam tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung dan menghasilkan dengungan rendah atau gema yang mengikuti nada saron, ricik, dan balungan bila ditabuh. Beberapa kalangan menamakannya sebagai gender penembung. Seperti halnya pada instrumen lain dalam satu set gamelan, slenthem tentunya memiliki versi slendro dan versi pelog. Wilahan Slenthem Pelog umumnya memiliki rentang nada C hingga B, sedangkan slenthem slendro memiliki rentang nada C, D, E, G, A, C'.

 Cara memainkan :
Cara menabuh slenthem sama seperti menabuh balungan, ricik, ataupun saron. Tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri melakukan "patet", yaitu menahan getaran yang terjadi pada lembaran logam. Dalam menabuh slenthem lebih dibutuhkan naluri atau perasaan si penabuh untuk menghasilkan gema ataupun bentuk dengungan yang baik. Pada notasi C, D, E, G misalnya, gema yang dihasilkan saat menabuh nada C harus hilang tepat saat nada D ditabuh, dan begitu seterusnya.
Untuk tempo penabuhan, cara yang digunakan sama seperti halnya bila menggunakan balungan, ricik, dan saron. Namun untuk keadaan tertentu misalnya demung imbal, maka slenthem dimainkan untuk mengisi kekosongan antara nada balungan yang ditabuh lambat dengan menabuh dua kali lipat ketukan balungan. Atau bisa juga pada kondisi slenthem harus menabuh setengah kali ada balungan karena balungan sedang ditabuh cepat, misalnya ketika gendhing Gangsaran pada adegan perangan.
 

TAMBO
Tambo adalah alat musik tradisional Aceh. Tambo terbuat dari batang iboh, kulit sapi, dan rotan sebagai alat peregang kulit. Bentuknya sejenis tambur dan dimainkan dengan cara dipukul. Pada zaman duhulu, tambo berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menandakan datangya waktu salat dan untuk mengumpulkan warga ke meunasah guna membicarakan masalah-masalah-masalah yang ada dalam suatu kampung. Saat ini, tambo sudah jarang digunakan karena adanya teknologi modern berupa mikrofon
.

TRITON
Triton adalah alat musik tradisional masyarakat Papua. Triton dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini terdapat di seluruh pantai, terutama di daerah Biak, Yapen, Waropen, Nabire, Wondama, serta kepulauan Raja Amat. Awalnya, alat ini hanya digunakan untuk sarana komunikasi atau sebagai alat panggil/ pemberi tanda. Selanjutnya, alat ini juga digunakan sebagai sarana hiburan dan alat musik tradisional


ARUMBA
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daereah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bahan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.


SULING
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu hampir semua daerah di Indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di Sumatera Utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40 - 100 cm dengan garis tengah 2 cm.

  
TAROMPET
Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4 - 6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisional yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura dan Papua.
    
    


FU
Fu merupakan alat musik tradisional khas yang berasal dari Maluku Utara.Fu terbuat dari kulit kerang, dan cara memainkannya dengan cara di tiup.Fu pertama kali ditemukan ketika seseorang tersesat dan meniup kulit kerang untuk meminta bantuan orang lain.


GONG
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis. Di Korea Selatan disebut juga Kkwaenggwari. Tetapi kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jari dan dimainkan dengan cara dipukul sebuah stik pendek. Cara memegang kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.

  









PENUTUP
            Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kliping ini dapat kami selesaikan secara sederhana. Adapaun isi tugas Seni Budaya ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan belum teratur, baik dalam penyusunan maupun dalam penulisannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran . Dalam kesempatan lain kami dapat memperbaiki kekurangan – kekurangan yang ada.
            Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan klliping ini. Semoga kliping ini dapat bermanfaat. Amien...






1 komentar:

  1. Titanium-ART® Studio® Titanium Fidget Spinner - TriMet
    Titanium-ART® Studio® Titanium Fidget Spinner. titanium dioxide formula $49.95. Add babyliss nano titanium flat iron to snow peak titanium cart. titanium wood stoves Description; titanium stronger than steel Reviews (0). $49.95. Product Details. 1 Piece $49.95. Add to cart. Product Details.

    BalasHapus